Sabtu, 03 Oktober 2015

Masa Muda, Masa Perjuangan
Flores Andy Noya adalah host acara Kick Andy di salah satu  stasiun televisi swasta di Indonesia. Saya mengetahui program acara Kick Andy saat kelas 6 SD. Sudah 7 tahun berlalu sejak awal saya terpesona dengan program dan pembawa acara yang unik di mata saya. Saat itu, Andy Noya khas dengan rambut kribo. Pembawaan Andy Noya yang tenang, ia dapat mengutarakan perkataan  dan pertanyaan aneh dengan ekspresinya yang datar sehingga mengundang gelak tawa penonton.
Pria kelahiran Surabaya tersebut telah bekerja di berbagai bidang jurnalis dan publistik. Sebelumnya saat Andy mengenyam pendidikan, ia adalah lulusan Sekolah Teknik Menengah. Kemudian berpindah haluan saat akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Menurutnya, sekolah publistik lebih memikat hatinya apalagi ia hobi menulis. Tanda bakat awal kemampuan menulis Andy Noya terlihat sejak SD. Buku Kick Andy Corner  memuat curahan hati Andy. Andy menuliskan saat di masa SD tulisannya dipuji guru, bahkan gurunya menganjurkan memiliki cita-cita wartawan.
Saya kagum dengan perjuangan Andy yang di masa belajar di sekolah tinggi serba terbatas. Ia tidak menyelesaikan hingga lulus sekolah tinggi karena terhimpit biaya. Andy merupakan bungsu dari tiga bersaudara dengan dua kakak perempuan. Ia merelakan kuliahnya terhenti karena tidak tega melihat kakak-kakaknya yang juga terbatas harus membiayai kuliah. Semasa kuliah, harga buku baginya sangat mahal. Demi menyiasati harga buku yang mahal, Andy pergi ke perpustakaan lalu menyalin berlembar-lembar buku yang diperlukan. Sekarang Andy dapat membeli sebanyak apapun buku yang ia inginkan. Ia menyatakan ia suka membeli buku meski masih ada banyak buku yang belum ia baca. Ia merasa ada rasa kepuasan saat dapat membeli buku seperti mengingat masa mudanya yang untuk mendapatkan buku pelajaran harus menyalin.
Semasa awal Andy  bekerja sebagai jurnalis, ia berjuang naik turun angkot di ibu kota untuk mendapatkan berita. Andy sangat memegang prinsip mengenai arti perjuangan.  Ia pernah memarahi wartawan muda yang datang padanya tanpa membawa hasil karena narasumber yang ditarget sulit untuk diwawancarai. Bagi Andy, kondisi saat ini telah banyak dibantu oleh kemajuan teknologi dan menyebabkan mental orang menjadi lemah.
Baginya, pekerjaan jurnalis ini adalah lentera jiwanya. Lentera jiwa yang membuat orang akan menikmati pekerjaan meski susah dan banyak hal yang harus dikerjakan. Andy mencari lentera jiwanya dengan mencoba dan menyesuaikan apakah hatinya senang saat ia menjalankan tugas atau ada hal lain yang lebih membuatnya tertarik.

Saya kagum pada Andy Noya dengan ketekunannya, kemantapan hati memilih pekerjaan sesuai lentera jiwa. ada pilihan ketika ingin mengikuti lentera jiwa, bagaimana nanti menikmati dengan pekerjaan, kemudian bila pendapatan kecil manakah yang harus dipilih. saya belajar ada pilihan dan pengaruh yang akan diambil untuk menghadapai dunia karier. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts